Search This Blog

Thursday, April 29, 2010

Monday, April 5, 2010

Friday, April 2, 2010

Berita Jogja

Mengenang The Doors dan Rolling Stones di Cafe "Lekker Je"
KOTA JOGJA: "Break on through to the other side..., Break on through to the other side...." Suara Jim Morrison vokalis kelompok musik rock 1970-an The Doors itu mengalun di Cafe 'Lekker Je", di Jalan Cik Ditiro No 22 Yogyakarta. Sang pemilik, Priambodo Budi Wasisto, sengaja menghadirkan nuansa 1970-an di cafenya.

Dan ternyata, ruang cafe itu dulu adalah garasi mobil yang telah ia sulap menjadi ladang rezeki. Cafe ini hadir sejak Agustus 2005. Ia kini merupakan salah satu pilihan penikmat kafe dan hiburan. Cafe ini tak sekadar memberi pilihan, tapi berbagai keunikan.

Priambodo kreatif dalam membuat dan mendesain cafe ini. SeSemua barang yang jadi ornamen untuk kafe ini adalah barang rongsokan dan aksesoris kamar pemilik. Saking uniknya, cafe ini beberapa kali menjadi lokasi penggambilan gambar film indie.
Fasilitas yang bisa dinikmati dari Lekker Je adalah ratusan koleksi piringan hitam yang bisa diputar kapan saja, hotspot, dan suasana cafe yang khas 70-an. Berbagai piringan hitam tersebut merupakan koleksi Priambodo, seperti The Doors, Rolling Stones,CCR, Bee Gees, The Beatles.

Kafe ini juga mudah untuk didatangi karena jam buka nya relatif lama. “Kafe ini selalu buka tiap hari, dari jam 6 pagi hingga jam 12 malam”, ujar Priambodo.

Makanan dan minuman yang ditawarkan cukup bervariasi. Yang paling terkenal dari Lekker Je adalah jus durian jeli karena kemasan dan rasanya sangat menarik. Harga makanan dan minuman juga relatif terjangkau.

Dengan mengantongi uang sekitar Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu, pengunjung bisa menikmati kafe sembari bernostalgia dengan lagu-lagu lama yang melegenda. Tak hanya itu, kenikmatan pengunjung dilengkapi dengan kesempatan menjelajah internet gratis.
Dian pada 29 Jan 2009 15:32 :
Banyak inspirasi di dapat disini :)
Check it out !
Nice place to chillin...
joe pada 30 Jan 2009 20:52 :
ke sana malam ini...
hang out till midnight...
wasripin pada 1 Feb 2009 15:48 :
koleksi plat pink floyd nya mantap dan lengkap juga..
yg punya rocker gaek yg rock&roll juga..
tambah pinter kalo nongkrong di sini...banyak buku unik


emang lekker ...

panji pada 13 May 2009 22:29 :
jd inget bokap dirumah yang punya banyak koleksi the rolling stones,, rock n' roll so far from dead.. itu jargon yg terpampang d'atas pintu masuk.. hohoho..

you rock om..

Gandhy pada 20 May 2009 20:28 :
The Doors is good music...
I like it
vina halen pada 31 May 2009 20:22 :
gw klo udah dilekker je gak kepengen pulang euy...
vina halen pada 31 May 2009 20:26 :

www.bulaksumur-online.com

Siapa bilang nuansa kuno itu ketinggalan jaman? Buktinya, kafe atau restoran yang memiliki konsep tempo dulu justru banyak diburu orang.

Meski kini banyak bermunculan tempat makan dengan nuansa modern, tempat makan bernuansa tempo dulu tak ditinggalkan penikmat kuliner. Unik, itulah alasan tempat makan tersebut masih diburu pelanggan. Setidaknya itulah yang coba ditawarkan kafe dan restoran bernuansa tempo dulu, seperti Lekker Je dan Kedai Tiga Nyonya.

Bernostalgia sejenak

Alunan lagu milik The Rolling Stone samar-samar terdengar dari sebuah kafe di Jalan Cik Ditiro petang itu. Tembang-tembang manca lawas semacam itu tak pernah absen diperdengarkan bagi para pengunjung Lekker Je. Tak perlu kawatir akan kehabisan stok lagu tempo dulu. Pasalnya, ratusan koleksi piringan hitam lagu era 70-an dimiliki kafe ini. Nuansa tempo dulu makin kental dengan puluhan jam kuno yang terpajang rapi di dinding ruangan.

Kafe ini sebenarnya bekas garasi yang disulap menjadi ruangan unik berbau rock ’n roll. ”Saya lebih suka menyebutnya rock ’n roll cafe, tapi terserah orang lain menyebut apa,” ujar Priambodo Budiwasisto, pemilik kafe.

Kafe ini tak hanya digemari mereka yang berumur untuk bernostalgia dengan suasana 70-an. Ternyata kafe ini juga digemari anak muda. ”Banyak anak muda yang ke sini sambil mengerjakan tugas, atau konsultasi,” ungkap Priambodo.

Selain Lekker Je, restoran Kedai Tiga Nyonya yang menempati bangunan kuno di daerah Tugu juga memiliki nuansa tempo dulu. Meja dan kursi kayu bergaya kuno, pemutar piringan hitam kuno, seakan membawa pengunjungnya kembali ke era lama. Nama ”Tiga Nyonya” sendiri merupakan ide sang pemilik restoran setelah melihat foto tiga wanita yang terpajang di dinding restoran. Ketiga wanita dalam foto itu memiliki latar belakang berbeda, yaitu wanita Jawa, Belanda, dan Tionghoa.

Nuansa oriental terasa sangat kental di restoran ini. Ini dapat dilihat dari beraneka macam lampion khas Cina yang digantung di atap ruangan. Tulisan-tulisan dengan huruf Cina dan beberapa lukisan pun tampak menghiasi dinding.

Melihat pelayanan dan nuansa yang terkesan ’wah’, kesan mewah pun melekat pada restoran ini. Tak heran, jarang anak muda yang makan di tempat ini. ”Kebanyakan justru keluarga atau orang-orang yang akan meeting,” tutur Bayu, salah satu pegawai Kedai Tiga Nyonya .

Menjual suasana

Tidak ingin usahanya dinilai sama dengan yang lain, pemilik tempat makan bernuansa tempo dulu berlomba-lomba memberikan sesuatu yang beda untuk para pengunjung. Lekker Je misalnya, selain menjadi tempat nongkrong, ternyata ornamen-ornamen klasik ala rock ’n roll 70-an menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. ”Konsep yang ditawarkan beda dengan kafe-kafe yang lain, ruangannya juga lumayan keren untuk foto-foto,” ungkap Winda, salah seorang pengunjung. Bahkan, lantaran desain ruangannya yang unik, kafe ini pernah dipakai untuk pembuatan film indie dan pemotretan foto pre wedding.

Lain lagi dengan suasana yang coba ditawarkan Kedai Tiga Nyonya. Selain menonjolkan nuansa oriental sekaligus klasik, restoran ini juga menawarkan menu-menu dengan konsep tempo dulu. ”Masakan di sini resepnya turun-temurun dari leluhur pemiliknya,” ujar Bayu. Soal harga, memang perlu merogoh kocek cukup dalam. Namun, harga itu sesuai dengan keunikan dan kenyamanan suasana yang didapatkan pengunjung. Menarik kiranya berkumpul bersama rekan sembari merasakan nuansa tempo dulu. Silakan mencoba!